MAKALAH ILMU GIZI
GIZI BAYI
DI
SUSUN OLEH:Kelompok 5 (1C) :
1.
Eka Juniati
Ardini
2.
Fian Fatma
Nurfadilah
3.
Laela Nur
Khikmawati
4.
Nur Arifin
5.
Nur Fatun Nahar
6.
Okti
Setianingsih
AKADEMI PERAWATAN
SERULINGMAS
MAOS – CILACAP
2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur
kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah Ilmu Gizi dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak terkait.Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri
penulis yang terbatas,untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
Semoga
penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
Amin.
Maos, 31 Oktober
2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemenuhan Gizi pada Bayi...................................................................... 2
B. Menu Makanan Bayi................................................................................ 10
C. Menu Untuk Bayi yang Sedang Sakit..................................................... 12
D. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Bayi...................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup
seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun
internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga
uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak bayi memang sudah bisa makan
apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak bila
makanan yang disajika tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai
orang tua juga harus berlaku demokratis untuk sekali – kali menghidangkan
makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan
penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan
yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan
kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada
lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi – gizi
yang harus dipenuhi anaknya pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi – gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan
makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1.
Untuk mengenal
lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi.
2.
Menu makanan
ideal untuk bayi.
3.
Serta faktor yang mempengaruhi status nutrisi
bayi.
4.
Mendidik
kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai,
memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.
5.
Masalah –
masalah yang mempengaruhi gizi bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemenuhan gizi
pada bayi
1.
Mengenal Bayi
Secara harfiah, bayi atau anak bawah lima tahun adalah anak usia
kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini.Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia
dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakanya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu
(ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan
padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapatpula dikatakan mulai disapih dan selepas
menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan denga keadaan.
Menurut persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, bayi usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun
yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun dikenal dengan
usia “prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2.
Karakteristik
Bayi
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak bayi diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa
batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relative lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada
anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makanan yang diberikan
adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
3.
Karakteristik
Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal
sebagai “masa keras kepala”. Akibatnya pergaulan dengan lingkungannya terutama
dengan anak – anak yang lebih besar, anaka mulai sering jajan. Jika hal ini
diiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan
bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makanan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis,
kesehatan, dan social anak. Oleh karenaa itu, keadaan lingkungan dan sikap
keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak aga
anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa,
suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makanan anak.
4.
Peran Makanan
Bagi Bayi
a.
Makanan sebagai
sumber zat gizi
Didalam
makanan terdapat eman jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi bayi sebagai zat tenaga,
zat pembangun dan zat pengatur.
(1)
Zat Tenaga
Zat
gizi yang menghasilkan tenaga atau energy adalah karohidrat, lemak, dan
protein. Bagi bayi, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga bayi relative lebih besar daripada orang dewasa.
(2)
Zat Pembangun
Protein
sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ – organ tubuh bayi, tetapi juga menggantikan jaringan yang rusak.
(3)
Zat Pengatur
Zat
pengatur berfungsi agar faal organ – organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai
zat pengatur.
a.
Vitamin, baik
yang larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun lemak (vitamin A, D,
E, dan K)
b.
Berbagai
mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c.
Air, sebagai
alat pengatur vital kehidupan sel – sel tubuh.
5.
Kebutuhan Gizi
Bayi
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah diperkiraka cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik.status gizi bayi dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.
Kebutuhan
Energi
Kebutuhan
energy bayi dan bayi relative besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan Zat
Pembangun
Secara
fisiologis, bayi sedang dalam masa pertumbuhan sehungga kebutuhannya relative
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang
usianya kurang dari satu tahun, kenutuhannya relative lebih kecil.
c.
Kebutuhan Zat
Pengatur
Kebutuhan
air pada bayi dan bayi dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya
usia.
6.
Beberapa Hal
Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawh lima tahun (bayi)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai
faktor secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
anak bayi antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan
akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh pun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan
relative baik (cukup). Keadaan ini menunjukan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak bayi. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.Pd, 1999,
masalah gizi karena kurang pengetahuan dan ketrampilan dibidang memasak menurunkan
komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan.
b.
Prasangka buruk
terhadap bahan makanan tertentu
Banyak
bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan
atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu. Penggunaan makanan itu dianggap dapat menurunkan
harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu
yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap
sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c.
Adanya
kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai
kebiasaan yang brtalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur,
ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan
hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang
kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat
cukup protein. Beberapa orang tua beranggapan ikan, telur, ayam, dan jenis
makanan protein lainya member pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena
diare malah dipuaskan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. (Dr. Harsono, 1999).
d.
Kesukaan yang
berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan
yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
e.
Jarak kelahiran
yang terlalu rapat
Banyak
hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil atau adiknya yang baru telah lahir,
sehingga ibunya tidak dapat merawat anaknya secara baik. Anak yang dibawah usia
dua tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan
maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa dua tahun itu ibu
sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi
berkurang akan tetapi air susu ibu (ASI) yang masih sangat dibutuhkan anak akan
berhenti keluar. Anak yang belum
dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
penghentian pemberian ASI karena
produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka
yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alas an inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha
untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f.
Social ekonomi
Keterbatasan
penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yanhg disajikan. Tidak dapat
disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari – hari, baik kualitas maupun jumlah maknaan.
g.
Penyakit
infeksi
Infeksi
dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan maknan .
Penyakit
– penyakit umun yang memperburuk keadaan gizi adalah : diare, infeksi saluran
pernapasan atas, turberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan
(Dr. Harsono 1999).
7.
Akibat Gizi
yang Tidak Seimbang
a.
Kekurangan
Energi dan Protein (KEP)
Berikut
ini sebab – sebab kurangnya asupan energy dan protein :
1)
Makanan yang
tersedia kurang mengandung energy
2)
Nafsu makan
anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3)
Gangguan dalam
saluran pencernaan sehingga penyerapan sari maknan dalam usus.
4)
Kebutihan yang
mengikat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan
yang memadai.
Kekurangan
energy dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi terganggu.
Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikit demi
sedikit, tetap8 dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi keadaan
stunting. Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai
dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan
penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk :
1)
Marasmus
Pada
kasus marasmus, nak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.
Bentuk ini dikarenakan kekurangan energy yang dominan.
2)
Kwashiorkor
Anak
terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan disela – sela sel
dalam jaringan. Walaupiun terlihat gemuk, tetapi otot – otot tubuhnya mengalami
pengurusan (wasting). Edema dikarenakan kekukrangan asupan protein secara akut (mendadak),
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah
habis.
3)
Marasmik –
kwashiorkor
Bentuk
ini merupakan komninasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan
kebetulan energy dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.
b.
Obesitas
Timbulnya obesitas dipengaruhi beragai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energy yang
tidak sesuai dengan penggunaan. Menuru Aven-Hen
(1992), obesitas serig ditemui pada anak – anak sebagai berikut :
1)
Anak yang
setiap menangis sejak bayi deberi susu botol.
2)
Bayi yang
terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3)
Anak dari ibu
yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4)
Anak yang
selalu mendapat hadiah cookie atau gula – guka jika ia berbuat sesuai keinginan
orang tua.
5)
Anak yang malas
untuk beraktivitas fisik.
8.
Penyebab Bayi
Kurang Nafsu Makan
a.
Faktor penyakit
organis
b.
Faktor gangguan
psikologi
Anak
akan kehilangan nafsu makan karena hal – hal sebagai berikut :
1)
Air Susu Ibu
yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis.
2)
Anak terlalu
dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/takaran tertentu sehingga anak
menjadi tertekan.
3)
Makanan yang
disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan/membposankan anak.
4)
Susu formula
yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran/dosis yang diberikan tidak sesuai
dengan susu yang diberikan sehingga tidak dihabiskan.
5)
Suasana makanan
tidak menyenangkan/anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c.
Faktor
pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut
ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor organs, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
1)
Jika
penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhkan
penyakitnya melalui dokter.
2)
Jika
penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
a.
Makanan dibuat
dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera
makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
b.
Jangan memaksa
anak untuk menghabiskan makanan, orang tua harus sabar saat member makan.
c.
Upayakan
suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu makan disesuaikan dengan waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan
makan bersama keluarga (orang tua)
d.
Pembicaraan
yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan/jenis makanan yang baik.
3)
Jika
penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan makan dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini :
a.
Diusahakan
waktu teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar – benar lapar dan
haus.
b.
Makanan
selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c.
Untuk membeli
makanan jajan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya
sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
mauoun kebersihannya.
d.
Kuantitas dan
kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi
lebih.
e.
Bentuk dan
jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
B.
Menu Makanan
Bayi
Makanan
memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur peru diperkenalkan sejak dini,
antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Gizi seimbang
dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
1.
Agar kebutuhan
gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
2.
Kebutuhan bahan
makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukan
secara utuh dalam satu hari. Waktu-wktu yang disarankan adalah :
a.
Pagi hari waktu
sarapan
b.
Pukul 10.00
sebagai selingan. Tambahkan susu
c.
Pukul 12.00
pada waktu makan siang
d.
Pukul 16.00
sebagai selingan
e.
Pukul 18.00
pada waktu makan malam
f.
Sebelum tidur
malam, tambahkan susu
g.
Jangan lupa
kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh
Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu diketahui,
jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu
jauh)
a.
Pukul 06.00
susu
b.
Pukul 08.00
bubur saring/nasi tim
c.
Pukul 10.00
susu/makanan selingan
d.
Pukul 12.00
bubur saring/nasi tim
e.
Pukul 14.00
susu
f.
Pukul 16.00
makanan selingan
g.
Pukul 18.00
bubur saring/nasi tim
h.
Pukul 20.00
susu
Pada usia bayi juga membutukan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh sesuai umur. Makanan seimabang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia
dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan
sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan bayi sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima
oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.
Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat.
Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan
yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan
daro orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam
diantara makanan pokoknya. Makanan seimbang dapat membantu jika anak tidak
cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang
berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu
makanya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, seperti arem-arem
nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,
pizza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah
1.
Memperkenalkan
aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2.
Melengkapi
zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3.
Mengisi
kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia bayi.
Makanan
selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis
dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya
dipilih tempat yang bersih dan dipilih tempat yang lengkap gizi, jangan hanya
sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang
manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan resiko
mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada
usia yang relative muda dapat terserang penyakit tertentu.
C.
Menu untuk bayi
yang sedang sakit
Penyakian
obat yang tepatt bayi secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk,
muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani
dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan
bayi, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.
1.
Untuk bayi dengan
panas tinggi penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya
meningkat. Hal ini disebabkan metabolism tubuh meningkat, penyerapan zat-zat
gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya, penyerapan
zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan
penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan
hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a.
Konsistensinya
lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b.
Kebutuhan
kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c.
Sumber protein
seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan
diberikan lebih dari porsi normalnya.
d.
Kebutuhan air
diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak
terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung
air, vitamin, dan mineral.berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e.
Makanan minuman
tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2.
Untuk bayi
dengan gejala mencret (diare). Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit
utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau
bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab
diare ada beberapa faktor, yaitu :
a.
Infeksi,
infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak.
b.
Malabsorpsi,
gangguan absopsi biasanya terhadap zat – zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya
laktosa), lemak dan protein.
c.
Makanan,
makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d.
Faktor
psikologis, rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan
elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi
sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia
yaitu kadar gula darah turu di bawah normal.
Pengaturan makanannya secara umum adalah :
a.
Cairan harus
cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare.
Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan
gula garam.
b.
Berikan makanan
yang rendah serat, cukup energy, protein, vitamin dan mineral.
c.
Suhu makanan
dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d.
Bentuk makanan
lunak.
3.
Untuk bayi
dengan gejala penyakit saluran pernapasan
Penyakit
saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan
virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur
makanannya dengan :
a.
Banyak diberi
minum, terutama sari buah – buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b.
Makanan yang
diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c.
Susu dapat
diberikan dalam bentuk minuman campuran seperti sirup san lain – lain. Bisa
juga dibentuk makanan kecil seperti pudding.
d.
Hindari maknan
yang digoreng.
4.
Untuk bayi
dengan gejala muntah
Muntah
adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, Infeksi
appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain – lain.
Syarat
makanannya :
a.
Berikan makanan
lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b.
Banyak cairan
untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar.
c.
Cukup protein,
mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan
dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain
– lain.
d.
Lemak perlu
diberikan, untuk member rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan
yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak dan membuat mual.
5.
Untuk bayi
dengan gejala batuk
Gejala
batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit yang disertai
panas, demikian juga penyakit lain sepertiflu dan sebagainya.
Pengaturan
makanan yang perlu diperhatikan :
a.
Kalau ada gejala
panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.
b.
Nafsu makan
yang menurun akibat batau terus – menerus harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik.
c.
Untuk
memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap
supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d.
Cukup protein
karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari
biasanya.
e.
Jangan makan
gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
f.
Setelah anak
sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
D.
Kebutuhan
Energi dan Zat Gizi Bayi
Perhitungan
berat badan ideal
1.
Berat badan
ideal anak umur 1 tahun = 3 x BB lahir
2.
Berat badan
ideal anak umur 2 tahun = 4 x BB lahir
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
1.
Pemenuhan gizi
bayi dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
2.
Pemberian
asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengantar sangat
diperlukan bagi bayi.
3.
Dan
pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status
gizi yang baik.
4.
Menu makanan
baik yang seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan
kecerdasan bagi otaknya.
5.
Faktor yang
memepengaruhi status nutrisi untuk bayi yaitu serat makan dan kemudahan dalam
mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat
yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
B.
Saran
1.
Pengetahuan ibu
harus luas mengenai pemahaman tentang anak begitupula perawat.
2.
Sebaiknya
seorang ibu harus bisa mengatur/memilah – milih makanan untuk bayi
3.
Berikan anak
makaan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk pertumbuhan
anak.
4.
Jangan lupa
pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Sugeng.2003.Kesehatan dan Gizi.Jakarta:PT.Rieneka Cipta.
Emawati F.,Yuniar R, Susilawati, Herman.2000.Kebutuhan Ibu Hamil
Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia. Penelitian Gizi dan Makanan.Jilid 23
: 92.
Libuae P.Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM.dalam
kompas 9 september 2002.
Sudiyanto.Dalam membina anak dalam mencapai cita – citanya.Tumbuh
kembang anak,Fakultas Kedokteran UI.
Almasyhuri.1998.Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu
Hamil.Penelitian Gizi dan Makanan.Jilid 21 : 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar