Rabu, 06 Mei 2015

ilmu gizi "gizi bayi"



MAKALAH ILMU GIZI
GIZI BAYI




 


Description: C:\Users\Se7ven\Pictures\logo akper\logo  akper.jpg




DI SUSUN OLEH:Kelompok  5 (1C) :
1.      Eka Juniati Ardini
2.      Fian Fatma Nurfadilah
3.      Laela Nur Khikmawati
4.      Nur Arifin
5.      Nur Fatun Nahar
6.      Okti Setianingsih

AKADEMI PERAWATAN SERULINGMAS
MAOS – CILACAP
2014/2015





KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Ilmu Gizi dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terkait.Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis yang terbatas,untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
Amin.



Maos, 31 Oktober  2014



Penulis






DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i   
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pemenuhan Gizi pada Bayi...................................................................... 2
B.     Menu Makanan Bayi................................................................................ 10
C.     Menu Untuk Bayi yang Sedang Sakit..................................................... 12
D.    Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Bayi...................................................... 15
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 16
B.     Saran........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak bayi memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang disajika tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua juga harus berlaku demokratis untuk sekali – kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi – gizi yang harus dipenuhi anaknya pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi – gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1.      Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi.
2.      Menu makanan ideal untuk bayi.
3.        Serta faktor yang mempengaruhi status nutrisi bayi.
4.      Mendidik kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai, memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.
5.      Masalah – masalah yang mempengaruhi gizi bayi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pemenuhan gizi pada bayi
1.      Mengenal Bayi
Secara harfiah, bayi atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakanya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapatpula dikatakan mulai disapih dan selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan denga keadaan. Menurut persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, bayi usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun dikenal dengan usia “prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2.      Karakteristik Bayi
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak bayi diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relative lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makanan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3.      Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “masa keras kepala”. Akibatnya pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak – anak yang lebih besar, anaka mulai sering jajan. Jika hal ini diiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makanan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan social anak. Oleh karenaa itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak aga anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makanan anak.
4.      Peran Makanan Bagi Bayi
a.       Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat eman jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi bayi sebagai zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
(1)   Zat Tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energy adalah karohidrat, lemak, dan protein. Bagi bayi, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga bayi relative lebih besar daripada orang dewasa.
(2)   Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ – organ tubuh bayi, tetapi juga menggantikan jaringan yang rusak.
(3)   Zat Pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ – organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a.       Vitamin, baik yang larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun lemak (vitamin A, D, E, dan K)
b.      Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c.       Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel – sel tubuh.
5.      Kebutuhan Gizi Bayi
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah diperkiraka cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.status gizi bayi dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.       Kebutuhan Energi
Kebutuhan energy bayi dan bayi relative besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b.      Kebutuhan Zat Pembangun
Secara fisiologis, bayi sedang dalam masa pertumbuhan sehungga kebutuhannya relative lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kenutuhannya relative lebih kecil.
c.       Kebutuhan Zat Pengatur
Kebutuhan air pada bayi dan bayi dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6.      Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawh lima tahun (bayi) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak bayi antara lain sebagai berikut:
a.       Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh pun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relative baik (cukup). Keadaan ini menunjukan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak bayi. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.Pd, 1999, masalah gizi karena kurang pengetahuan dan ketrampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b.      Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c.       Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang brtalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal  anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggapan ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainya member pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuaskan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. (Dr. Harsono, 1999).
d.      Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e.       Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat anaknya secara baik. Anak yang dibawah usia dua tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa dua tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang akan tetapi air susu ibu (ASI) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum  dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian  pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alas an inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f.       Social ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yanhg disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari – hari, baik kualitas maupun jumlah maknaan.
g.      Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan maknan .
Penyakit – penyakit umun yang memperburuk keadaan gizi adalah : diare, infeksi saluran pernapasan atas, turberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan (Dr. Harsono 1999).
7.      Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a.       Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab – sebab kurangnya asupan energy dan protein :
1)      Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
2)      Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3)      Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari maknan dalam usus.
4)      Kebutihan yang mengikat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energy dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetap8 dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi keadaan stunting. Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk :
1)      Marasmus
Pada kasus marasmus, nak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua. Bentuk ini dikarenakan kekurangan energy yang dominan.
2)      Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan disela – sela sel dalam jaringan. Walaupiun terlihat gemuk, tetapi otot – otot tubuhnya mengalami pengurusan (wasting). Edema dikarenakan kekukrangan  asupan protein secara akut (mendadak), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3)      Marasmik – kwashiorkor
Bentuk ini merupakan komninasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebetulan energy dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b.      Obesitas
Timbulnya obesitas dipengaruhi beragai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energy yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menuru Aven-Hen  (1992), obesitas serig ditemui pada anak – anak sebagai berikut :
1)      Anak yang setiap menangis sejak bayi deberi susu botol.
2)      Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3)      Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4)      Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula – guka jika ia berbuat sesuai keinginan orang tua.
5)      Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8.      Penyebab Bayi Kurang Nafsu Makan
a.       Faktor penyakit organis
b.      Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal – hal sebagai berikut :
1)      Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis.
2)      Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan.
3)      Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan/membposankan anak.
4)      Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran/dosis yang diberikan tidak sesuai dengan susu yang diberikan sehingga tidak dihabiskan.
5)      Suasana makanan tidak menyenangkan/anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c.       Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor organs, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
1)      Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhkan penyakitnya melalui dokter.
2)      Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
a.       Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
b.      Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orang tua harus sabar saat member makan.
c.       Upayakan suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu makan disesuaikan dengan waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orang tua)
d.      Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan/jenis makanan yang baik.
3)      Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan makan dapat dilakukan beberapa hal berikut ini :
a.       Diusahakan waktu teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar – benar lapar dan haus.
b.      Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c.       Untuk membeli makanan jajan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi mauoun kebersihannya.
d.      Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
e.       Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
B.     Menu Makanan Bayi
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur peru diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Gizi seimbang dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
1.      Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
2.      Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukan secara utuh dalam satu hari. Waktu-wktu yang disarankan adalah :
a.       Pagi hari waktu sarapan
b.      Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu
c.       Pukul 12.00 pada waktu makan siang
d.      Pukul 16.00 sebagai selingan
e.       Pukul 18.00 pada waktu makan malam
f.       Sebelum tidur malam, tambahkan susu
g.      Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
a.       Pukul 06.00 susu
b.      Pukul 08.00 bubur saring/nasi tim
c.       Pukul 10.00 susu/makanan selingan
d.      Pukul 12.00 bubur saring/nasi tim
e.       Pukul 14.00 susu
f.       Pukul 16.00 makanan selingan
g.      Pukul 18.00 bubur saring/nasi tim
h.      Pukul 20.00 susu
Pada usia bayi juga membutukan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh sesuai umur. Makanan seimabang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan bayi sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan daro orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam diantara makanan pokoknya. Makanan seimbang dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makanya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah
1.      Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2.      Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3.      Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia bayi.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih tempat yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan resiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relative muda dapat terserang penyakit tertentu.
C.     Menu untuk bayi yang sedang sakit
Penyakian obat yang tepatt bayi secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan bayi, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.
1.      Untuk bayi dengan panas tinggi penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolism tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a.       Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b.      Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c.       Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d.      Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin, dan mineral.berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e.       Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2.      Untuk bayi dengan gejala mencret (diare). Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu :
a.       Infeksi, infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
b.      Malabsorpsi, gangguan absopsi biasanya terhadap zat – zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c.       Makanan, makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d.      Faktor psikologis, rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turu di bawah normal.
Pengaturan makanannya secara umum adalah :
a.       Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b.      Berikan makanan yang rendah serat, cukup energy, protein, vitamin dan mineral.
c.       Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d.      Bentuk makanan lunak.
3.      Untuk bayi dengan gejala penyakit saluran pernapasan
Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :
a.       Banyak diberi minum, terutama sari buah – buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b.      Makanan yang diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c.       Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman campuran seperti sirup san lain – lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti pudding.
d.      Hindari maknan yang digoreng.
4.      Untuk bayi dengan gejala muntah
Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, Infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain – lain.
Syarat makanannya :
a.       Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b.      Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar.
c.       Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain – lain.
d.      Lemak perlu diberikan, untuk member rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak dan membuat mual.
5.      Untuk bayi dengan gejala batuk
Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit yang disertai panas, demikian juga penyakit lain sepertiflu dan sebagainya.
Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a.       Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.
b.      Nafsu makan yang menurun akibat batau terus – menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c.       Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d.      Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
e.       Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
f.       Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
D.    Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Bayi
Perhitungan berat badan ideal
1.      Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 x BB lahir
2.      Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 x BB lahir











BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
1.      Pemenuhan gizi bayi dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
2.      Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengantar sangat diperlukan bagi bayi.
3.      Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
4.      Menu makanan baik yang seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5.      Faktor yang memepengaruhi status nutrisi untuk bayi yaitu serat makan dan kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
B.     Saran
1.      Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak begitupula perawat.
2.      Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur/memilah – milih makanan untuk bayi
3.      Berikan anak makaan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk pertumbuhan anak.
4.      Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.








DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng.2003.Kesehatan dan Gizi.Jakarta:PT.Rieneka Cipta.
Emawati F.,Yuniar R, Susilawati, Herman.2000.Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia. Penelitian Gizi dan Makanan.Jilid 23 : 92.
Libuae P.Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM.dalam kompas 9 september 2002.
Sudiyanto.Dalam membina anak dalam mencapai cita – citanya.Tumbuh kembang anak,Fakultas Kedokteran UI.
Almasyhuri.1998.Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil.Penelitian Gizi dan Makanan.Jilid 21 : 15




Tidak ada komentar:

Posting Komentar